Penelitian ini belum tentu tidak etis, tetapi hasilnya adalah bencana. Penilitian ini dilakukan oleh seorang psikolog terkenal yang bernama Philip Zimardo. Penelitian ini adalah untuk menguji perilaku individu ketika ditempatkan ke dalam peran baik tahanan ataupun penjaga tahanan dan norma-norma individu ini diharapkan untuk ditampilkan.

Para tahanan dimasukkan ke dalam situasi yang sengaja dimaksudkan untuk menyebabkan disorientasi, degradasi, dan depersonalisasi. Penjaga tidak diberi arah tertentu atau pelatihan tentang bagaimana melaksanakan peran mereka. Meskipun pada awalnya, para tahanan tidak yakin bagaimana melaksanakan peran mereka, akhirnya mereka tidak punya masalah. Hari kedua percobaan diundang pemberontakan oleh para tahanan, yang membawa respon keras dari para penjaga. Hal yang hanya berjalan menurun dari sana.

Pengawal menerapkan sistem hak istimewa dimaksudkan untuk mematahkan solidaritas antara tahanan dan menciptakan ketidakpercayaan antara mereka. Para penjaga menjadi paranoid tentang para tahanan, dia percaya mereka keluar untuk mendapatkan mereka. Ini disebabkan sistem hak istimewa untuk dikontrol dalam setiap aspek, bahkan dalam fungsi para tahanan tubuh. Tahanan mulai mengalami gangguan emosi, depresi, dan ketidakberdayaan yang dipelajari. Selama ini, tahanan dikunjungi oleh pendeta penjara. Mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai nomor bukan nama mereka, dan ketika ditanya bagaimana mereka merencanakan untuk meninggalkan penjara, tahanan bingung. Mereka sepenuhnya berasimilasi ke dalam peran mereka.

Dr Zimbardo percobaan berakhir setelah lima hari, ketika ia menyadari betapa nyata telah menjadi penjara dengan subyek.Meskipun percobaan berlangsung hanya dalam waktu singkat, hasilnya sangat berpengaruh. Seberapa cepat seseorang dapat menyalahgunakan kekuasaan mereka ketika dimasukkan ke dalam situasi yang tepat. Skandal di Abu Ghraib yang mengejutkan Amerika Serikat pada 2004 adalah contoh utama dari temuan eksperimen Zimbardo itu.

Analisis

Penelitian di ini, termasuk dalam etika penelitian deception. Karena, adanya kecenderungan untuk menipu orang dengan tidak menjelaskan konsekuensi yang akan. Hal ini merupakan permasalahan etika, bukan hanya karena tindakannya yang menipu itu sendiri tetapi juga karena konsekuensi yang akan muncul dari tindakan menipu tersebut. Selain itu juga karena tidak adanya kejelasan tentang proses dan konsekuensi penelitian. Maka, akan terkesan adanya penipuan pada subjek penelitian. Seperti perlakuan yang ada dalam penelitian ini, memberi perlakuan dengan tanpa meminta persetujuan dan menjelaskan konsekuensi yang akan diterima oleh subjek penelitian. Peneliti juga tidak memberikan feedback atau follow up terhadap efek yang terjadi pada subjek penelitian, yakni tahanan ataupu penjaga tahanan. Dalam 5 hari penelitian, terjadi efek penelitian yang negatif bagi kondisi psikologis subjek penelitian. Yakni, para penjaga menjadi paranoid tentang para tahanan, dia percaya mereka keluar untuk mendapatkan mereka. Ini disebabkan sistem hak istimewa untuk dikontrol dalam setiap aspek, bahkan dalam fungsi para tahanan tubuh. Tahanan mulai mengalami gangguan emosi, depresi, dan ketidakberdayaan yang dipelajari. Selama ini, tahanan dikunjungi oleh pendeta penjara. Mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai nomor bukan nama mereka, dan ketika ditanya bagaimana mereka merencanakan untuk meninggalkan penjara, tahanan bingung. Mereka sepenuhnya berasimilasi ke dalam peran mereka.

Deception ini termasuk permasalahan etika karena bertentangan dengan ajaran agama dan juga tata nilai moral yang ada di masyarakat. Deception menunjukkan kondisi yang tidak sebenarnya dari suatu keadaan, atau lebih lazim yang dapat memberi konsekuensi negatif pada subjek penelitian.


 Surabaya. 7 Mei 2012
Mata Kuliah Dasar Metodologi Penelitian